Perompak Somalia [Siapa dan Kenapa...]

Di Terbitkan Ardana

ane sedikit tertarik dengan keberadaan perompak Somalia ini gan, zaman sekarang masih ada ya yang namanya perompak.
ane pertama kali denger berita juga agak kaget, weh,,beneran ki perompak?yang kaya si Johnny Deep itu?:ngakak
setelah ane coba googling ini gan hasilnya
monggo:

Quote:


Originally Posted by http://ruparupa.blog.stisitelkom.ac.id/files/2012/09/SiapakahSesungguhnyaPerompakSomalia.pdf

Siapa Sesungguhnya Perompak Somalia

Sungguh sebuah pertanyaan yang kritis. Ya, mengapa perompak Somalia 'dibiarkan'
sedemikian merajalela? Masa sih AS dan NATO dengan persenjataan mereka yang sangat
canggih tak mampu menumpas pembajak laut dari sebuah negara sangat-sangat miskin,
Somalia?
Dulu saya pernah menulis mengenai indikasi 'pembiaran' perompak Somalia itu, dengan
mengutip analisis William Engdahl dari Global Research. Singkatnya begini, AS yang
melancarkan serangan ke Yaman dengan alasan 'mengejar Al Qaeda', sesungguhnya
menghendaki perubahan rezim di sana. Yaman berbatasan dengan Arab Saudi di utara,
Laut Merah di Barat, Teluk Aden dan Laut Arab di selatan, di seberang Teluk Aden ada
Somalia, Jibouti. Di sebelah Jibouti berderet Eritrea, Sudan, dan Mesir. Dengan demikian,
semua negara itu (Arab Saudi, Mesir, Somalia, Jibouti, Eritrea, Sudan, dan Yaman saling
berhadapan dengan Selat Mandab (Bab el Mandab) yang super-strategis.Tanker-tanker
minyak dari Teluk Persia harus lewat ke Selat Mandab, baru kemudian melewati Kanal
Suez, dan menuju Mediterania.
Menurut Engdahl, jika AS punya alasan yang diterima opini publik internasional untuk
memiliterisasi Selat Mandab, AS akan punya kartu truf di hadapan Uni Eropa dan China
bila mereka 'berani' di hadapan AS. Suplai energi China dan Eropa sangat bergantung
dari Selat Mandab. Bahkan Selat Mandab bisa dipakai AS untuk menekan Arab Saudi
agar tetap melakukan transaksi dalam dollar Amerika (sebagaimana pernah diberitakan
media, Arab Saudi dan beberapa negara -termasuk Iran-pernah melontarkan keinginan
untuk melakukan transaksi tidak dengan dollar). Engdahl juga menyebutkan adanya
informasi dari Washington bahwa ada sumber minyak yang luar biasa besar di Yaman,
yang sama sekali belum dieksplorasi.
Engdahl kemudian menyoroti kasus bajak laut Somalia yang membuat kacau di Selat
Mandab selama dua tahun terakhir. Pertanyaannya: bagaimana mungkin bajak laut dari
Somalia, sebuah negara yang berada di nomor teratas dalam list 'negara gagal' (failed
state) sampai punya senjata dan logistik yang canggih, sampai-sampai dalam dua tahun
terakhir mampu membajak 80 kapal dari berbagai negara? Bahkan pembajak Somalia
itu memakai gaya-gaya penjahat di negara maju: menelpon langsung kantor koran
Times di Inggris, memberitahukan bahwa mereka sudah membajak. Saat ini, tercatat ada
56 kapal asing yang masih berada dalam 'tawanan' pembajak Somalia beserta 800-an
awak kapalnya. Selain kapal Indonesia "Sinar Kudus", ada kapal FV NN Iran yang
ditawan sejak 2 Maret 2009 bersama 29 krunya.
Merajalelanya perompak Somalia di Selat Mandab memberi alasan kepada AS untuk
menaruh kapal perangnya di sana. Pemerintah Mesir, Sudan, Jibouti, Eritrea, Somalia,
Arab Saudi, sudah terkooptasi oleh AS sehingga diperkirakan tidak akan memberikan
reaksi negatif bagi militerisasi AS di Selat Mandab. Kini, masih ada satu negara di
sekeliling Selat Mandab yang masih perlu ditaklukkan: Yaman.
Pemerintah Yaman memang pro-AS, tapi masalahnya, Presiden Ali Abdullah Saleh tidak
cukup kuat untuk mengontrol negaranya, karena itulah dia harus 'digulingkan'. Aksi-aksi
protes di Yaman saat ini, karenanya, sangat bersesuaian dengan keinginan AS.
Analisis Engdahl ini terasa klop dengan laporan dari AFP yang merilis pernyataan dari
pejabat Interpol. Menurut mereka, aksi-aksi pembajakan di lepas laut Somalia dikontrol
oleh sindikat kriminal, termasuk orang-orang asing (non-Somalia) yang tergiur oleh
kesempatan untuk mendapatkan uang tebusan multi-juta dollar. Para pembajak itu
memiliki senjata-senjata dan alat pendeteksi yang sangat canggih sehingga mereka
mampu melakukan pembajakan di perairan dengan jarak yang sangat jauh, bahkan
mencapai 1.200 nautical mil (=1380,935 mil) di lepas pantai Somalia. Mick Palmer,
pejabat Interpol dari Australia, menyatakan bahwa ada bukti yang jelas, yang
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kecanggihan perlengkapan yang dimiliki para
pembajak. "Jadi mereka mendapatkan bantuan yang sangat canggih dalam mendeteksi
keberadaan kapal-kapal perdagangan besar," kata Palmer.
Tak heran bila Jean-Michel Louboutin, direktur eksekutif kepolisian di Interpol yang
berbasis di Prancis menegaskan, "Ini adalah kejahatan yang terorganisasi."
Lebih jauh lagi, pejabat Interpol itu menjelaskan bahwa pembajak laut Somalia
sebenarnya hanya mendapatkan sebagian kecil dari uang tebusan. Rata-rata, setiap dua
juta dollar yang mereka dapatkan sebagai uang tebusan, hanya 10.000 dollar yang
masuk ke kantong mereka. Sisanya, masuk ke kantong sindikat kriminal. Setengah juta
dollar akan diambil oleh orang yang menghantarkan tebusan (biasanya diantarkan
dengan helikopter yang mendarat di atas kapal yang dibajak), dan setengah juta dollar
lagi diambil oleh negosiator.
Dengan tegas Palmer menyatakan, "Ini adalah sebuah industri besar. Besar sekali uang
yang bisa dihasilkan dari pembajakan. Tetapi, para pembajak itu sendiri, banyak di antara
mereka adalah remaja miskin, hanya mendapat sebagian kecil saja dari uang itu."
Jadi, bila kita kembali ke pertanyaan yang diajukan komentator di atas, setelah membaca
uraian artikel ini, menurut Anda, apa jawabannya?
Sumber: Dina Y Sulaeman-IRIB Indonesia


dan ini mengapa?
[quote=http://hi.fisip.unand.ac.id/himashi/index.php/opini/73-mengapa-perompakan-terus-terjadi]

MENGAPA PEROMPAKAN (TERUS) TERJADI?

Oleh: Virtuous Setyaka (Dosen HI UNAND)

perompakan dalam hukum internasional didefinisikan sebagai sesuatu usaha atau tindakan haram (terlarang dilakukan) yang terjadi di peraiaran yang luas dan melibatkan setidaknya dua kapal (maksudnya kapal pertama adalah kapal perompak dan kapal kedua adalah kapal yang dirompak). Perompakan adalah segala tindakan ilegal (pelanggaran, tidak sah dan liar) disertai kekerasan, penahanan atau penawanan, dan atau segala tindakan pembinasaan atau pemusnahan, dilakukan pada benda-benda milik pribadi orang lain yang dilakukan oleh awak atau pekerja kapal maupun penumpang pada kapal atau pesawat privat dan direncanakan atau diatur dan dilakukan di laut lepas, terhadap kapal atau pesawat lain, atau terhadap seseorang atau kepemilikan diatas kapal atau pesawat, di luar yurisdiksi sebuah negara (manapun) (sumber: Countering Piracy in the Modern Era, Notes from a RAND Workshop to Discuss the Best Approaches for Dealing with Piracy in the 21st Century, Santa Monica: 2009).
Menurut Wikipedia sejarah perompakan terjadi secara bersamaan dengan sejarah navigasi. Di mana terdapat kapal-kapal yang mengangkut dagangan, muncul bajak laut yang siap memilikinya secara paksa. Sejak zaman Yunani kuno, Republik Romawi, Borneo dan Sumatera (Indonesia). Zaman keemasan bajak laut adalah abad 16 dan 17, perompakan dari dulu hingga sekarang dapat ditelusuri di perairan Karibia, Asia Tenggara, Asia Timur, dan Somalia.

Enam perairan yang paling rawan perompakan di dunia diantaranya adalah: (1) Teluk Aden pada akhir 2008 kapal super tanker minyak terbesar di dunia milik Arab Saudi "Sirius Star" mengangkut dua juta barel minyak mentah dibajak perompak Somalia, kapal berharga US$150 juta dengan muatan minyak senilai US$100 juta dan sebuah kapal yacht berbendera Perancis "Carre D'as IV" oleh perompak Somalia; (2) Perairan Nigeria, kapal kontainer asal Denmark "Claes Maersk" dibajak perompak ketika sedang bersandar di dermaga. Nigeria menempati urutan kedua setelah Teluk Aden sebagai wilayah dengan perairan paling rawan di dunia; (3) Perairan Indonesia, pada April 2008, kapal pengiriman besar milik Norwegia "Spar Cetus" dibajak oleh dua belas perompak asal Indonesia. Perairan Indonesia menjadi wilayah dengan perairan paling rawan ketiga di dunia setelah Teluk Aden dan Nigeria; (4) Perairan Tanzania, September 2008, kapal kontainer milik Liberia "Safmarine Asia" dibajak perompak. Perairan Tanzania menempati posisi keempat sebagai wilayah dengan perairan paling rawan di dunia; (5) Teluk Somalia, "Faina" sebuah kapal kontainer Ukraina, mengangkut persenjataan buatan Soviet termasuk 72 tank, dibajak oleh 50 perompak bersenjata pada September 2008. Pada bulan Maret 2011, Kapal MV. Sinar Kudus milik PT. Samudra Indonesia juga dibajak diperairan ini, ini menjadikan Teluk Somalia sebagai perairan paling rawan nomor lima di dunia; (6) Perairan India, perompak kapal tanker mengangkut bahan kimia "Acavus", perairan India menempati posisi keenam sebagai wilayah dengan perairan paling berbahaya di dunia

[bersambung ke #2]

Postingan menarik lainnya:

05 Oct, 2012


-
Source: http://kaskusbetarefresh.blogspot.com/2012/10/perompak-somalia-siapa-dan-kenapa.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Diterbitkan Oleh : Lebihunik.com

ARTIKEL TERKAIT