Negara tersebut adalah Malawi (Berada di Benua Afrika), di mana angka remajanya yang melahirkan adalah 177 per 1.000 kelahiran. Bandingkan dengan Indonesia lewat hasil Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012 yang menemukan bahwa 48 dari 1.000 kehamilan di perkotaan terjadi pada kelompok remaja berusia 15-19 tahun
Disokong oleh Bill dan Melinda Gates Foundation, gadis-gadis di Malawi diminta tidak berhubungan seks dengan imbalan uang tunai. Ternyata cara ini berhasil mengurangi aktivitas seksual di kalangan remaja, walau mungkin terdengar kurang sedap di telinga.
Pada tahun 2009, yayasan amal bentukan pendiri Microsoft ini mendanai percobaan secara acak selama 2 tahun di Malawi. Tujuannya untuk meneliti efek dari pemberian uang tunai terhadap aktivitas seksual remaja puteri.
Sekitar 4.000 orang gadis berusia 12-22 tahun secara acak ditugaskan menjadi kelompok uji ataupun kelompok kontrol. Gadis dalam kelompok uji akan menerima uang jika berhasil masuk sekolah sampai 80 persen dari total kehadiran, juga diminta melaporkan aktivitas seksualnya. Sedangkan kelompok kontrol tidak diberi uang.
Uang yang diberikan mencakup sekitar 15 persen dari pengeluaran rumah tangga bulanan yang dibagi antara remaja dan keluarganya. Para peneliti memonitor kehadiran di sekolah, sementara para siswi melaporkan aktivitas seksualnya pada awal uji coba dan setiap tahun sesudahnya.
Pada akhir tahun pertama, usia hubungan seks pertama kali di kalangan siswi melambat 38 persen dibanding kelompok kontrol. Jumlah pasangan seks seumur hidup juga menjadi 25 persen lebih sedikit dibanding gadis dalam kelompok kontrol. Kemungkinan hamilnya berkurang hingga 40 persen dibanding kelompok kontrol.
Tak hanya itu, seperti dilansir The Atlantic, Rabu (14/8/2013), tinjauan penelitian yang dilakukan World Bank lantas menyimpulkan bahwa pemberian uang dapat memperlambat usia awal aktivitas seksual, juga menurunkan perilaku berisiko di kalangan gadis-gadis yang sudah aktif secara seksual.
Memang tampaknya ada korelasi antara perilaku seksual remaja dengan kemiskinan. Sebuah review di jurnal Guttmacher Institute yang berjudul International Family Planning Perspectives melaporkan bahwa ketimbang remaja puteri yang kaya, remaja puteri dari keluarga miskin di 4 negara Afrika Sub-Sahara lebih besar kemungkinannya melakukan hubungan seks.
Sebuah studi tahun 2006 yang dilaporkan jurnal AIDS Education and Prevention menemukan, hasil wawancara terhadap lebih dari 600 remaja Afrika Selatan menunjukkan bahwa remaja miskin lebih besar kemungkinanya untuk memiliki ikatan yang tak sehat dengan orang tua yang membuat mereka rentan terhadap perilaku seksual berisiko.
sumber http://health.detik.com/read/2013/08/14/073553/2329063/763/remaja-puteri-di-negara-ini-dibayar-agar-stop-berhubungan-seks?l992205755