PM Turki Erdogan saat Shalat ghaib untuk ribuan para syuhada Mesir yang korban pembantaian junta militer |
Pidato Erdogan (PM Turki)
Terkait Pembantaian yang Terjadi di Mesir
Kami melihat dari sisi yang berbeda (dari banyak negara lain) terkait pembantaian yang terjadi di Mesir.
Dlm perbincangan pribadi kami via telepon, para pemimpin Barat setuju itu kudeta, tapi tidak bisa mengatakan itu scr terbuka.
Saya benar-benar tidak percaya bahwa penetapan status negara dlm keadaan darurat akan memecahkan kebuntuan politik.
Saya percaya bahwa orang2 yg dedikasikan hidupnya sbg martir/syahid akhirnya akan memenangkan pertarungan mereka untuk demokrasi.
Jika negara-negara Barat tidak mengambil langkah2 yg tulus-jujur ttg Mesir, masa depan demokrasi akan dipertanyakan.
Ada media yg menuding Ikhwanul Muslimin menggunakan senjata. Tuduhan ini sangat disayangkan.
Ada kudeta militer terhadap pemerintah yg terpilih demokratis di Mesir, dengan bantuan Barat.
Mereka yang diam melihat ketidakadilan ibarat setan bisu tanpa lidah.
Kami tidak boleh lupa bahwa kita sesama manusia.
Kami telah melihat (di negeri manapun) demokratisasi butuh waktu. Mesir tak bisa capai dlm 1 tahun pun sebab embargo ekonomi.
(Saat itu) hanya Turki & Qatar yg membantu Mesir. Seluruh dunia mengatakan Mesir: Berdiri sendiri jika Anda bisa. Termasuk IMF.
Skenario yang sama juga diterapkan di Palestina. Hamas terpilih menang mutlak, tetapi mereka dikenakan embargo ekonomi.
Para pejabat terpilih (di Palestine) pun masih banyak mendekam di penjara Israel.
Barat mau kita memanggil Hamas sebagai teroris. Bagi kami, Hamas bukan organisasi teroris. Mereka memperjuangkan hak-hak mereka.
Mereka tidak mengizinkan Pemilu baru di Palestina. Kenapa? Karena mereka tahu hasilnya (pasti Hamas akan dipilih lagi & menang).
Ada 'plot global' yang diberlakukan di seluruh negeri2 Muslim. Hal ini juga diberlakukan terhadap Turki.
Tidak ada yang menginginkan Turki yang digdaya (powerful).
Kalian (Barat) membisu soal Suriah, Palestina. (Kini pun) masih diam. Bagaimana kini Anda masih berani kampanye ttg demokrasi?
Cepat atau lambat, Musa akan keluar melawan Firaun dan mengakhiri rezim yang despotik.
Turki akan terus menjadi pembela kaum tertindas.
Saya mengingatkan lagi kepada rakyat Mesir, bahwa mereka tidak sendirian.
Aku telah mengadakan pertemuan dengan Obama, Putin, Cameron, Merkel, Ban Ki-moon dan PM Perancis tentang Mesir.
*disampaikan oleh @AryaSandhiyudha
Turki Tarik Dubes di Mesir dan Kecam Standar Ganda Barat atas Situasi Mesir
ANKARA, KOMPAS.com - Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan, Kamis (15/8/2013) mendesak Dewan Keamanan PBB membahas pembantaian Mesir, untuk menghentikan pertumpahan darah. Turki juga telah memanggil pulang duta besarnya untuk Mesir, menyusul insiden berdarah yang menewaskan tak kurang dari 638 orang dan melukai 4.000 orang pada Rabu (14/8/2013).
"Mereka yang tinggal diam menghadapi pembantaian ini sama bersalahnya dengan mereka yang melakukan (pembantaian) ini. Dewan Keamanan PBB harus segera membahas (masalah ini)," tegas Erdogan dalam konferensi pers di Ankara.
Selain itu, Turki berpendapat Barat telah menerapkan standar ganda yang sangat kentara dalam menyikapi situasi di Mesir. "Saya sampaikan pada negara-negara Barat. Anda tetap diam di Gaza, Anda tetap diam di Suriah... Anda masih diam pada Mesir. Jadi kenapa Anda berbicara tentang demokrasi, kebebasan, nilai-nilai global, dan hak asasi manusia?" kecam Erdogan lantang.
Seiring pernyataan Erdogan, para pejabat PBB menyatakan Dewan Keamanan PBB akan bertemu Kamis (15/8/2013) waktu setempat, menyusul permintaan dari Perancis, Inggris, dan Australia yang menjadi anggota dewan tersebut.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan negara itu telah memanggil pulang duta besarnya untuk Mesir. Pemanggilan dilakukan untuk konsultasi setelah pembantaian di Mesir, dan tak dipastikan kapan duta besar tersebut kembali lagi ke Kairo.
Turki menjadi salah satu negara yang paling keras mengkritisi kudeta militer terhadap pemerintahan Presiden terguling Mesir Muhammad Mursi. Meski demikian, dalam kecaman kerasnya menyusul insiden berdarah Mesir, Erdogan tak menyinggung sikap negara-negara Arab yang sama-sama berdiam diri.
Erdogan berpendapat kalangan Barat menerapkan standar ganda terkait penggulingan Mursi yang berbuntut "pembantaian" pada Rabu (14/8/2013) tersebut. "Mereka yang mengabaikan kudeta ini, mereka yang tidak bisa mengkritik kudeta, dan mereka yang bahkan gagal untuk menampilkan kehormatan untuk menyebut kudeta sebagai 'kudeta', juga bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak tak berdosa," tegas Erdogan.