Kacamata pintar Google Glass rencananya dijual massal tahun 2014 mendatang. Berapa kira-kira harganya saat dipasarkan nanti?
Saat ini, Google Glass dijual cukup mahal pada para developer, dengan banderol USD 1.500. Namun saat dipasarkan untuk umum nanti banderolnya dikabarkan menurun hingga USD 299 atau di kisaran Rp 3 jutaan saja.
Menurut peneliti teknologi Jason Tsai, harga USD 299 dirasa cukup masuk akal. Mengingat harga komponen Google Glass sejatinya tidak terlalu mahal.
Dikutip detikINET dari The Register, Senin (12/8/2013), komponen termahal diperkirakan adalah bagian layar Google Glass yang dipasok oleh Himax Display Inc yang berbasis di Taiwan. Harganya kurang lebih USD 30.
Tsai pun mempekirakan harga USD 299 sudah masuk akal dan memungkinkan Google meraup untung. Jika terlalu mahal, maka bisa saja konsumen urung membelinya.
Google Glass sendiri adalah semacam kacamata dengan kemampuan layaknya smartphone atau komputer. Misalnya bisa mengakses internet, merekam foto video sampai menunjukkan arah dengan peta digital. Ia memakai sistem operasi Android.
Google Glass akan Dijual Rp 3 Jutaan?
Menurut CEO Motorola, Dennis Woodside, mereka sudah cukup lama membantu beberapa proyek perangkat keras yang dibuat Google, termasuk kacamata pintar yang satu itu.
Nah, dengan pengalaman mereka itu bukan tidak mungkin Motorola akan ditunjuk Google sebagai produsen Google Glass. Apalagi kedua perusahaan terebut di bawah kepemimpinan yang sama.
"Ya, itu bisa saja menjadi suatu kesempatan," singkat Woodside, seperti dikutip detikINET dari Wall Street Journal, Selasa (6/8/2013).
Google Glass sendiri kini sudah bisa dicicipi oleh segelintir developer terpilih, dan rencananya akan dipasarkan untuk masyarakat luas di pertengahan 2014.
Di tengah kontroversi terkait privasi, nyatanya Google Glass bisa memberikan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Seperti yang dilakukan oleh salah satu dokter bedah ini.
Dokter bernama Rafael Grossman dari Eastern Maine Medical Center ini membawa Google Glass ke ruang operasi. Dia menggunakan kacamata pintar itu, dia membuat semacam video streaming untuk prosedur operasi.
Seperti dikutip detikINET dari Digital Trends, Jumat (28/6/2013), Grossman menggunakan fitur video untuk memperlihatkan bagaiaman tata cara operasi dari jarak dekat.
Dia mengakui terbantu dengan kehadiran Google Glass tersebut, karena bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus dalam satu waktu. Dengan memanfaatkan fitur Hangout di Google+, dia bisa melakukan live streaming.
Memang diakui juga olehnya, seperti yang tertulis dalam posting blog miliknya, privasi adalah masalah rentan dihadapi oleh Google Glass.
Groosman sendiri mengingatkan saat melakukan live streaming itu, dia telah meminta izin kepada pasiennya dan tidak akan menampilkan wajah yang dioperasi tersebut.
Setidaknya, Groosman berhasil membuktikan bahwa Google Glass dapat dimanfaatkan serta memberikan manfaat besar bagi segala bidang pekerjaan, khususnya dunia kesehatan.
Keajaiban yang ditawarkan perangkat Google Glass memang terbukti mampu membuat banyak penggila gadget ingin segera memilikinya. Setidaknya hal itu terbukti lewat hasil analisa yang dilakukan badan riset Forrester pada pengguna gadget di AS.
Hasil analisa tersebut membukukan setidaknya 12% atau sekitar 21,6 juta pengguna gadgat di AS ingin segera menggunakan perangkat Google Glass di kepalanya.
Adapun yang masuk kategori tersebut kebanyakan berusia dibawah 50 tahun dan telah memiliki penghasilan diatas rata-rata. Selain itu juga dijelaskan bahwa kebanyakan pengguna dalam kategori ini kerap mengandalkan smartphone dalam menunjang aktivitas kesehariannya.
Riset ini mengungkap bahwa 29% pengguna gadget di AS--porsi presentase terbesar -- justru lebih menginginkan wearable-computer yang dapat disangkutkan ke pakaian yang digunakannya, diikuti 26% yang menginginkan wearable-computer berjenis wrist-band.
Namun menariknya, seperti dikutip detikINET dari Business Journals,Sabtu (22/6/2013), porsi terkecil yang hanya menuai angka 3% menginginkan hal nyeleneh.
Karena penggila gadget yang boleh dibilang masuk dalam kategori hardcore ini berharap ada wearable-computer yang dapat ditanam dalam tubuhnya.
Google Glass sendiri saat ini memang belum dijual secara bebas di pasaran. Mereka yang beruntung memilikinya adalah termasuk kelompok developer.
sumber http://inet.detik.com/read/2013/08/12/110729/2327328/317/google-glass-akan-dijual-rp-3-jutaan?i991101105
Diterbitkan Oleh : Lebihunik.com
Saat ini, Google Glass dijual cukup mahal pada para developer, dengan banderol USD 1.500. Namun saat dipasarkan untuk umum nanti banderolnya dikabarkan menurun hingga USD 299 atau di kisaran Rp 3 jutaan saja.
Menurut peneliti teknologi Jason Tsai, harga USD 299 dirasa cukup masuk akal. Mengingat harga komponen Google Glass sejatinya tidak terlalu mahal.
Dikutip detikINET dari The Register, Senin (12/8/2013), komponen termahal diperkirakan adalah bagian layar Google Glass yang dipasok oleh Himax Display Inc yang berbasis di Taiwan. Harganya kurang lebih USD 30.
Tsai pun mempekirakan harga USD 299 sudah masuk akal dan memungkinkan Google meraup untung. Jika terlalu mahal, maka bisa saja konsumen urung membelinya.
Google Glass sendiri adalah semacam kacamata dengan kemampuan layaknya smartphone atau komputer. Misalnya bisa mengakses internet, merekam foto video sampai menunjukkan arah dengan peta digital. Ia memakai sistem operasi Android.
Google Glass Kemungkinan Dibuat Motorola
Tak lama lagi Google Glass akan memasuki tahap produksi masal. Dan kabarnya, Motorola siap menangani pembuatan kacamata pintar besutan Google tersebut.Menurut CEO Motorola, Dennis Woodside, mereka sudah cukup lama membantu beberapa proyek perangkat keras yang dibuat Google, termasuk kacamata pintar yang satu itu.
Nah, dengan pengalaman mereka itu bukan tidak mungkin Motorola akan ditunjuk Google sebagai produsen Google Glass. Apalagi kedua perusahaan terebut di bawah kepemimpinan yang sama.
"Ya, itu bisa saja menjadi suatu kesempatan," singkat Woodside, seperti dikutip detikINET dari Wall Street Journal, Selasa (6/8/2013).
Google Glass sendiri kini sudah bisa dicicipi oleh segelintir developer terpilih, dan rencananya akan dipasarkan untuk masyarakat luas di pertengahan 2014.
Dokter Gunakan Google Glass Saat Melakukan Operasi
Dokter bernama Rafael Grossman dari Eastern Maine Medical Center ini membawa Google Glass ke ruang operasi. Dia menggunakan kacamata pintar itu, dia membuat semacam video streaming untuk prosedur operasi.
Seperti dikutip detikINET dari Digital Trends, Jumat (28/6/2013), Grossman menggunakan fitur video untuk memperlihatkan bagaiaman tata cara operasi dari jarak dekat.
Dia mengakui terbantu dengan kehadiran Google Glass tersebut, karena bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus dalam satu waktu. Dengan memanfaatkan fitur Hangout di Google+, dia bisa melakukan live streaming.
Memang diakui juga olehnya, seperti yang tertulis dalam posting blog miliknya, privasi adalah masalah rentan dihadapi oleh Google Glass.
Groosman sendiri mengingatkan saat melakukan live streaming itu, dia telah meminta izin kepada pasiennya dan tidak akan menampilkan wajah yang dioperasi tersebut.
Setidaknya, Groosman berhasil membuktikan bahwa Google Glass dapat dimanfaatkan serta memberikan manfaat besar bagi segala bidang pekerjaan, khususnya dunia kesehatan.
Warga AS Sudah 'Kebelet' Beli Google Glass
Keajaiban yang ditawarkan perangkat Google Glass memang terbukti mampu membuat banyak penggila gadget ingin segera memilikinya. Setidaknya hal itu terbukti lewat hasil analisa yang dilakukan badan riset Forrester pada pengguna gadget di AS.
Hasil analisa tersebut membukukan setidaknya 12% atau sekitar 21,6 juta pengguna gadgat di AS ingin segera menggunakan perangkat Google Glass di kepalanya.
Adapun yang masuk kategori tersebut kebanyakan berusia dibawah 50 tahun dan telah memiliki penghasilan diatas rata-rata. Selain itu juga dijelaskan bahwa kebanyakan pengguna dalam kategori ini kerap mengandalkan smartphone dalam menunjang aktivitas kesehariannya.
Riset ini mengungkap bahwa 29% pengguna gadget di AS--porsi presentase terbesar -- justru lebih menginginkan wearable-computer yang dapat disangkutkan ke pakaian yang digunakannya, diikuti 26% yang menginginkan wearable-computer berjenis wrist-band.
Namun menariknya, seperti dikutip detikINET dari Business Journals,Sabtu (22/6/2013), porsi terkecil yang hanya menuai angka 3% menginginkan hal nyeleneh.
Karena penggila gadget yang boleh dibilang masuk dalam kategori hardcore ini berharap ada wearable-computer yang dapat ditanam dalam tubuhnya.
Google Glass sendiri saat ini memang belum dijual secara bebas di pasaran. Mereka yang beruntung memilikinya adalah termasuk kelompok developer.