Selama berabad-abad, kumis lebat telah menjadi tanda kejantanan dan otoritas di sub-benua India, salah satunya di wilayah Khyber. Kumis dianggap sebagai simbol keberanian dan kejantanan.
Adalah Malik Amir Mohammad Khan Afridi, seorang pria Pakistan yang masih tetap melestarikan tradisi menjaga kumis itu meskipun nyawa dan keluarga taruhannya.
Saat ini Afriadi sudah memanjangkan kumisnya hingga 76 cm. Kumis itu dirawat layaknya rambut panjang, disisir, diminyaki, dan dipilin hingga membentuk lengkungan yang memanjang ke atas hingga mencapai dahinya, menentang gravitasi.
Alasan Afriadi rela mempertaruhkan segalanya demi kumisnya sangat sederhana. "Ini identitas saya, "kata kakek berusia 48 tahun di kota barat laut Peshawar. Ia merasa senang orang-orang yang bertemu dengannya melihat dengan hormat. "Saya merasa senang. Saya terbiasa dengan semua perhatian dan saya sangat menyukainya, "ujarnya.
Afriadi memiliki biaya sendiri untuk perawatan kumisnya agar senantiasa terlihat rapi. Pria ini menghabiskan dana sebesar $ 150 atau sekitar Rp 1,5 juta per bulan, melebihi penghasilan guru di Pakistan. Selain itu, ia memiliki pengering rambut, sabun khusus, sampo, minyak Jerman dari Dubai, handuk dan sikat rambut.
Meskipun istri dan 10 anaknya memintanya mencukur kumis agar bisa kembali berkumpul lagi, Afriadi bersikeras mempertahankannya. "Saya bisa meninggalkan keluarga, meninggalkan Pakistan, tapi saya tidak pernah bisa memotong kumis ini, "tegasnya.
Afriadi kini tengah berada di kota Punjabi di Faisalabad karena masih diteror oleh sekutu Taliban akibat kumisnya yang tidak mau dicukur itu. Ia bertemu keluarganya yang tinggal di Peshawar hanya sekali atau dua kali dalam sebulan.