S
uatu hari, seorang ibu menyadari bahwa ia tak punya apa-apa untuk diberikan kepada anaknya. Ia pun berpikir sepanjang hari dan akhirnya mengambil secarik kertas.
Mulai ditulislah barisan-barisan kalimat yang terlintas di benaknya. Pikirnya, bila ia tak sempat meninggalkan sesuatu yang berharga, setidaknya ia telah mengajarkan anaknya untuk tetap bisa bertahan hidup sepertinya.
Dan, beginilah kira-kira bunyi surat itu...
Anakku,
Aku hanya ingin kau tahu,
Hidup mungkin tak selalu indah berkilau seperti berlian.
Selalu saja ada masalah yang datang,
Ada hujan yang mengguyur,
Ada badai yang menghadang,
Dan terik matahari yang menusuk kulit.
Kau juga harus tahu,
Bahwa juga ada karpet merah yang digelar di bawahmu,
Ada tepuk tangan salut kepadamu,
Dan decak kagum serta pujian.
Tetapi, jangan selalu terlarut di dalamnya.
Selalu ingat,
bahwa ada naik dan turun,
ada belokan tajam dan jalan penuh batu.
Terkadang kau akan berjalan di bawah terang matahari,
terkadang juga di dalam gelap gulita.
Jangan pernah menoleh ke belakang dan kembali,
seberat apapun rute yang akan kau jalani.
Selangkah demi selangkah,
berdirilah kembali jika kau terjatuh.
Dan demikianlah hidup,
bertahanlah seperti apa yang ibu ajarkan,
karena hanya itu yang bisa ibu tinggalkan.
Dengan penuh cinta,
Ibumu.
Nah, ladies. Kira-kira bagaimana Anda membalas surat seruan para ibu ini?
#ad2fcb
Blogger 05 Oct, 2012
-
Source: http://bukanklikunic.blogspot.com/2012/10/renungan-surat-para-ibu-untuk-anaknya.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com