Quote:
Dari jalanan alias usaha kaki lima, beberapa brand usaha berikut berhasil mengangkat pengusahanya menjadi miliarder. |
Quote:
Satu, Agus Pramono, pemilik Ayam Bakar Mas Mono. Dia memulai usahanya dari pedagang kaki lima pada tahun 2000 dengan menggunakan lapak tak terpakai di depan kampus Usahid, Jakarta. Pertama kali jualan, Mas Mono membawa 5 ekor ayam yang ia jadikan 20 potong. Namun yang laku hanya 12 potong. Sejurus kemudian, berkat ketekunannya, dagangannya bertambah hingga mampu menjual 80 hingga ratusan ekor ayam per harinya. Karyawan yang semula hanya satu orang bertambah menjadi beberapa orang dengan standart operasional yang tak umum di kalangan warung kaki lima. Dewi fortuna terus berpihak padanya, orderan bertambah pesat, seperti dari beberapa stasiun TV swasta yang berminat menjadi pelanggan setia cateringnya. Akhirnya, dengan konsep restoran, Ayam Bakar Mas Mono terus berkembang hingga kini memiliki lebih dari 15 gerai di Jakarta dengan omset rata-rata Rp 6 juta setiap harinya. |
Quote:
Dua, Hendy Setiono, pemilik Kebab Turki Baba Rafi. Ia berhasil menduplikasi sebuah gerobak kebab, berlabel Kebab Turki Baba Rafi, setelah berjuang dengan sebuah gerobaknya di salah satu pojok jalan kota Surabaya tahun 2003. Saat ini jumlah outlet Kebab Turki telah bertambah menjadi lebih 325 outlet di 50 kota di Indonesia dan akan terus berekspansi dengan cara waralaba. Modal awal Rp 4 juta yang ia pinjam dari sahabatnya saat itu, kini berbuah omset miliaran rupiah. Kebab yang merupakan makanan khas orang Timur Tengah, yang diketahuinya sejak bertandang ke Qatar, tempat ayahnya bekerja, ternyata membawa berkah. Demi usahanya, Hendy rela berhenti kuliah dari Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Tekadnya sungguh kuat, kendati suka duka datang silih berganti, seperti uang hasil jualan dibawa lari oleh karyawan, hingga tak ada satu pun karyawan yang mau berjualan. |
Quote:
Tiga, Made Ngurah Bagiana, pemilik Edam Burger. Ditangan Made Ngurah Bagiana, makanan burger yang sebelumnya hanya bisa didapatkan dari brand dunia terkenal dengan harga mahal dan hanya bisa dinikmati kalangan tertentu, kini bisa didapatkan di gerobak kaki lima miliknya dengan brand Edam Burger, yang harganya terjangkau bagi semua kalangan. Berawal dari dua gerobak yang ia dorong sendiri, selama 15 tahun terus menekuni bisnis ini, dengan keluar masuk gang bermandikan keringat, kini Edam Burger bertambah menjadi 2.000-an lebih counter yang telah merambah ke berbagai kota di tanah air. |
Quote:
Empat, Wahyuni, pemilik CV Omocha Toys. Berawal dari usaha mainan edukatif kaki lima tahun 2007 silam, kini Wahyuni meraup omset ratusan juta rupiah. Semula ia bosan hanya sebagai ibu rumahtangga, lalu berdagang mainan anak edukatif asal China yang ia beli, dan kembali menjualnya di pasar kaget Bogor. Usaha ini laris manis, sehingga bisa membuka satu toko mainan di Giant Mal Bogor. Setelah setahun menjalani bisnis tersebut, Yuni akhirnya membuat sendiri berbagai jenis mainan edukatif itu. Alhasil, modal bertambah dan ia mendirikan CV Omocha Toys dengan bangunan semipermanen. Kini Wahyuni mengantongi omzet Rp 80 juta hingga Rp 100 juta per bulan. |
Quote:
Lima, Muhammad Adi, pemilik CV Intascus Sport. Muhammad Adi memulai usahanya sebagai seorang pedagang tas kaki lima dengan modal Rp 50 ribu dan mesin jahit pinjaman dari temannya. Ia mulai usaha ini sejak tahun 1985, dan mulai maju 6 bulan kemudian sehingga bisa mempekerjakan seorang karyawan dengan produksi 150 tas per tahun seharga Rp 20.000 per unit. Pada 1987, Adi mulai menjalin kerjasama dengan panitia penyelenggara acara di hotel-hotel dan pada tahun itu ia memiliki 18 orang tenaga pemasaran. Omzetnya pun telah melonjak hingga Rp 3 juta per hari.. Namun ketika, kerusuhan Mei 1998, usahanya rugi ratusan juta. Adi tak putus asa, ia meminjam uang ke bank untuk memodali usahanya dan pada tahun1999 ia mampu mendapatkan omzet Rp 50 juta per bulan dengan produksi 1000 unit tas dalam sebulan. . |
Quote:
Enam, Edy, pemilik Roti Bakar Eddy. Eddy pertama kali membuka kedai roti bakar di Jalan Hasanudin, tahun 1966, (sekarang di lokasi Pasaraya Blok M). Dari mendorong gerobak sampai melayani pembeli semuanya ia lakukan sendiri. Ia sering pindah tempat usaha selama 13 kali karena diusir aparat. Namun berkat kesabarannya serta kepandaiannya dalam bergaul, usahanya mulai menanjak hingga menjadi tempat nongkrong anak muda hingga para selebritis. Sampai saat ini, Roti Bakar Eddy juga mempertahankan konsepnya sejak awal, yakni warung tenda ala kaki lima dan tempat nongkrong anak-anak muda. Usaha yang telah dialihkan kepada putra bungsunya, Ariyadi ini meraup omzet Rp 5 juta sampai Rp 8 juta per hari. Kini Roti Bakar Eddy telah memiliki beberapa cabang, seperti di Ciputat, Senayan dan Mampang. |
Quote:
Tujuh, Haji Amir, pemilik Nasi Uduk Mas Miskun. Haji Amir berhasil melewati pahit getirnya sebagai pedagang gerobak dorong nasi uduk, karena dalam perjalanan usahanya sering diusir petugas dan berpindah-pindah tempat. Sejak dirintis tahun 1989, Nasi Uduk dengan brand Mas Miskun miliknya, berhasil berkembang menjadi beberapa restoran dan beberapa yang berkonsep kaki lima. Konon, usahanya mulai berkibar setelah menyewa lahan kosong di Jalan Kramat Raya. Dari satu orang karyawan pada tahun 1990, sekarang Haji Amir punya 75 orang pekerja. Omsetnya pun sudah menembus Rp Rp 300 juta per bulan. |
Quote:
Delapan, Suhanto Alim, pemilik Martabak Alim. Setelah mengalami jatuh bangun menghadapi kerasnya kehidupan ibu kota Jakarta, Suhanto Alim akhirnya memutuskan untuk berdagang. Beberapa jenis dagangan sudah dicobanya, namun gagal. Akhirnya ia mencoba menjual martabak tahun 2007 silam yang ia beri merek Martabak Alim dengan menyewa kios kecil sebuah jalan Bekasi. Terinspirasi dari sebuah toko roti ternama, Alim membuat martabaknya beraneka rasa namun harganya terjangkau, sehingga pengunjung pun rela berantrian. Usahanya pun terus berkibar, hingga saat ini memiliki ratusan karyawan dari semua outlet yang telah menjamur di Jabodetabek. |
Quote:
Sembilan, Rezam Alim, pemilik Toko Sepatu New Fortuna. Berkat kerja keras yang diimbangi dengan sebuah kesabaran dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan bisnis sepatu, Rezam Alim mampu naik kelas dari hanya sekedar pedagang kaki lima sepatu di Alun-alun Bandung tahun 1998 menjadi pengusaha sepatu dengan 5 toko sepatu besar dengan nama New Fortuna. Sebagai pedagang kaki lima, jualan sepatunya pernah digusur sehingga akhirnya hijrah ke Jakarta menjalankan bisnis yang sama. Di Jakarta, usahanya menjadi besar kendati awalnya harus berhadapan dengan kendala modal. Tetapi itulah jiwa besar Rezam dalam menjalankan bisnisnya, sehingga mampu meraup omset hingga Rp 400 juta per bulan saat ini. |
Sumber :Forum pengusaha Indonesia
Ayo sapa lagi, yang ingin jadi pengusaha sukses?
Postingan menarik lainnya:
07 Sep, 2012
-
Source: http://kaskusbetarefresh.blogspot.com/2012/09/dari-jalan-kini-mereka-menjadi-jutawan.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com