Quote:Budayakan Rate/Komeng Setelah melihat Thread
Quote:
jika berkenaan jangan lupa
jika tidak berkenaan jangan dikasih
Quote:Di lingkungan yang serba mahal di pusat kota Tokyo, Toshiko Horikoshi sedang bersantai dengan memainkan grand piano-nya. Dia adalah seorang ahli bedah mata yang cukup sukses. Dia memiliki sebuah apartemen mewah, mobil Porsche dan dua hewan peliharaan: Tinkerbell, seekor chihuahua, dan Ginger, pudel.
"Pemilik anjing di Jepang menganggap anjing seperti anak kecil," kata Toshiko. "Saya tidak punya anak, jadi saya benar-benar mencintai dua anjing saya."
Banyak wanita Jepang seperti Toshiko yang lebih memilih hewan peliharaan ketimbang menjadi 'orangtua beneran' alias orangtua yang memiliki bayi sungguhan. Yang mengejutkan; saat ini Jepang memiliki lebih banyak hewan peliharaan daripada anak-anak. Perkiraan resmi menyebutkan populasi hewan peliharaan berada di kisaran 22 juta ekor, tetapi hanya ada 16,6 juta anak di bawah usia 15 tahun.
Tinkerbell dan Ginger memiliki kamar mereka sendiri dan lemari penuh pakaian yang ber-merk. Mereka memiliki gaun, jas, topi, kacamata hitam dan bahkan sepatu kecil. Toshiko mengajak anjing-anjingnya berbelanja saat akhir pekan dan biasa membelikan mereka pakaian baru setiap musim.
Di Jepang, desainer-desainer terkenal seperti Chanel, Dior, Hermes dan Gucci banyak menjual produk-produk untuk anjing dan kucing. Contohnya saja satu set kaos dan celana anjing bisa dijual dengan harga Rp. 2 juta.
Di Tokyo, lebih mudah untuk seseorang menemukan sebuah tempat penitipan hewan daripada mencari tempat khusus bayi. Jika ada yang mau pergi berlibur, mereka dapat membayar ¥8.000 (atau sekitar Rp. 800.000) per malam untuk menitipkan anjing mereka di hotel anjing.
Untuk ¥5.000 atau sekitar Rp.500.000 per sesi, seekor anjing bisa mendapatkan pelajaran berenang, bersantai mandi busa, dipijat menggunakan minyak aromaterapi dan layanan manicure. Ada juga kuil dimana anjing dan kucing yang mati dikuburkan dengan upacara ala agama Buddha; pemakaman mewah dan upacara kremasi yang lengkap bisa menelan biaya lebih dari ¥650.000 atau sekitar Rp. 65.000.000,-.
"Saya melihat banyak orang yang berduka lebih dalam untuk hewan peliharaan mereka daripada untuk orang tua atau kakek-nenek mereka," kata seorang pendeta di sebuah kuil di pinggiran kota Tokyo. "Hal ini karena mereka menganggap hewan peliharaan seperti anak mereka sendiri, jadi mereka seperti kehilangan seorang anak."
Tidak bisa dipungkiri lagi; negeri sakura ini adalah salah satu tempat di muka bumi dimana anjing dan kucing bisa hidup lebih layak daripada manusia.
Industri hewan peliharaan di Jepang diperkirakan bernilai lebih dari ¥1 triliun (atau sekitar Rp. 100 triliun) per tahun. Dari toko yang menjual hewan, toko makanan dan aksesoris, tempat pemandian air panas bersama hewan, kelas yoga bersama hewan, studio foto khusus hewan, sampai restoran dimana anjing dan kucing boleh makan bersama di meja makan, semuanya tersedia disini.
Anjing-anjing kecil seperti dachshund mini, pudel dan chihuahua sangatlah populer karena kebanyakan orang di Tokyo, salah satu kota yang paling padat penduduknya di dunia, tinggal di apartemen kecil.
Jika di postingan kemarin kita berbicara dari sudut pandang orang kaya, lain lagi cerita dari Jiro Akiba, seorang karyawan swasta biasa.
Dalam apartemennya di pinggiran kota Tokyo, Jiro Akiba sedang memberi makan anjingnya yang bernama Kotaro, sebuah dachshund mini yang beratnya hanya 3,4 kg. Arti nama Kotaro adalah anak sulung. "Dia seperti bayi pertama bagi kami, jadi itu sebabnya kami memutuskan untuk memanggilnya Kotaro," kata Jiro. "Saya rasa bagus untuk memiliki anjing jika anda tidak punya bayi, karena sangat menyenangkan untuk merawatnya seperti bayi."
Jiro sangat menginginkan seorang anak, tapi istrinya ingin tetap bekerja. "Dalam masyarakat Jepang, sangat sulit bagi wanita untuk memiliki bayi sekaligus mempertahankan pekerjaan... jadi pacar saya memutuskan untuk tidak memiliki bayi, dan itulah mengapa kami memiliki seekor anjing sebagai gantinya."
Jiro menambahkan bahwa solusi seperti ini sangatlah masuk akal secara ekonomi, mengingat biaya hidup di Tokyo yang tinggi, pajak yang tinggi dan gaji yang tidak naik-naik. Wajar saja jika banyak pasangan suami-istri yang kemudian lebih memilih anjing atau kucing untuk dipelihara.
Memang, stagnasi ekonomi Jepang telah memukul banyak orang. Lebih dari 10 juta orang berusia antara 20 dan 34 tahun masih tinggal dengan orangtua mereka. Mereka tidak mampu untuk membeli atau mengontrak rumah sendiri, mereka tidak mampu untuk menikah dan memulai sebuah keluarga.
Angka kelahiran di Jepang menurun drastis dalam satu dekade terakhir dan usia rata-rata penduduk Jepang terus mendaki. "Kami menyadari bahwa kami hidup di masa yang berbahaya," kata wakil direktur Institut Nasional Penelitian Populasi, Ryuichi Kaneko. "Banyak anak muda yang ragu-ragu untuk punya anak sekarang."
Penduduk Jepang memiliki harapan hidup terpanjang di dunia. Jika ditambah dengan angka kelahiran yang terus merosot tajam, berarti Jepang sedang menyimpan bom waktu. Bayangkan kalau bom ini meledak, maka kita hanya bisa melihat kakek-kakek dan nenek-nenek di mall. Tidak ada anak muda.
Jadi, kenapa orang Jepang lebih memilih hewan peliharaan?
Bagi orang kaya, hewan peliharaan tidak cerewet, tidak merengek, dan tidak menangis-nangis, cocok untuk menjadi teman bermain kapan saja. Bagi orang yang berpenghasilan pas-pasan, hewan tidak terlalu mahal dan tidak ribet untuk dipelihara.
Hewan Peliharaan = Petto / ã??ã??ã??
Postingan menarik lainnya:
12 Nov, 2012
-
Source: http://kaskusbetarefresh.blogspot.com/2012/11/kenapa-orang-jepang-lebih-memilih-hewan.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com