Di keel tertera tulisan bahwa kapal diproduksi pada 1935. Itu berarti sudah berusia 77 tahun. Kapten kapal merinding membacanya.PENUMPUKAN truk pengangkut barang di Pelabuhan Merak, Banten, hingga meluber belasan kilometer ke jalan tol sudah bertahun-tahun dikeluhkan. Namun, masalah itu belum juga terselesaikan. Salah satu penyebab klasik yang sering disampaikan ialah kapal kurang karena sebagian masuk dok (galangan). Pasalnya, dari 41 kapal roll on-roll off (roro) yang beroperasi di Pelabuhan Merak, setidaknya 90% telah berusia di atas 30 tahun. Jika tidak masuk dok, kapal akan berbahaya bagi keselamatan penumpang. Apalagi ada kapal yang pernah terkena bom pada Perang Dunia II dan kini berusia 77 tahun tetap beroperasi. Nar, perwira kapal yang melayani rute Merak-Bakauheni saat mengikuti pendidikan di kapal TM, bersama beberapa temannya sempat memeriksa kondisi lambung kapal di bagian bawah (bottom). Mereka kaget karena pada keel (pelat dasar bagian dalam) kapal terukir riwayat kapal, nama pemilik awal, dan produsen. "Di keel tertera produksi kapal 1935. Berarti saat ini sudah berusia 77 tahun. Merinding kami membacanya," kata Nar. Seorang perwira kapal lainnya mengungkapkan sulap-menyulap usia kapal sudah menjadi rahasia umum. Data yang tercantum di PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) belum tentu sesuai dengan akta kelahiran sebenarnya. Dia menunjuk temuan Indonesia Maritim Institute pada 2010 seputar pemalsuan akta kelahiran 13 kapal yang melayani rute Merak-Bakauheni. Direktur Utama PT BKI Ibnu Wibowo menyanggah bahwa pemalsuan terjadi pada pihaknya. Badan usaha milik negara milik Kementerian Perhubungan itu malah mengaku menjadi korban mafia pedagang kapal. Menurutnya, dalam kasus manipulasi usia kapal, posisi pemerintah, pemilik, dan BKI menjadi korban kenakalan pedagang dan broker luar negeri. "Mereka memalsukan data kapal agar harga lebih tinggi dan guna memenuhi buyer requirement. Dalam kaitan masalah ini, kami telah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut," tandas Ibnu. Penumpukan truk pengangkut barang yang terus berulang telah merenggut 'korban' dengan dicopotnya Kepala PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Utama Merak, La Mane, pada 18 Juni 2012. La Mane digantikan Supriyanto yang sebelumnya menjabat Kepala ASDP Cabang Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur. Ketika dimintai konfirmasi mengenai perbaikan apa yang telah dilakukan, Supriyanto mengajak Media Indonesia melihat langsung kondisi akses masuk pelabuhan. "Bisa lihat sendiri, tidak ada lagi kemacetan, antrean. Semuanya lancar, sistem sudah berjalan dengan semestinya. Kami menerapkan jadwal dengan konsisten," ujarnya.(Nat/Edn/Faw/T-1)
|