Pernahkah kita membayangkan, canda dan tawa kita saat ini akan menjadi duka lara di hari esok?
Seringkah kita berpikir kata-kata yang keluar dari mulut kita lebih banyak terbuang sia-sia?
Apa jadinya ketika kita telah tiada sedangkan kata-kata yang sering terucap dan tertulis di sosial media hanya untuk merendahkan orang lain demi meninggikan derajat kita. Yang terlontar hanyalah kata-kata kasar yang tidak bermanfaat, berisi hinaan dan hujatan demi membela diri dan mencari pelampiasan. Bukankah kita mengenal hukum sebab-akibat? Apa yang kita lakukan akan persis dengan balasan yang akan diterima.
Kematian adalah suatu kepastian yang tidak perlu kita takutkan. Yang harus ditakutkan adalah ketika kematian itu datang, kita belum mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Tak perlu berpikir kapan kita mati, karena yang lebih penting adalah dalam keadaan yang bagaimana kita mati. Tua-muda, kaya-miskin, sehat-sakit, dan pria-wanita pasti akan merasakan kematian. Every soul will taste of death. Hidup di bumi ini tak ubahnya seperti musafir yang sedang bersinggah.
Saat kita singah di bumi yang bukan milik kita, harus disadari kita harus mengikuti aturan Pemilik bumi ini. Mau-tidak mau, suka-tidak suka kita harus menerima konsekuensinya. Ketika kita singgah, kita diberikan titipan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Dan ketika titipan itu suatu saat diambil Pemiliknya, maka sudah selayaknya kita menyerahkannya dengan ikhlas. Sebab hidup di dunia hanya sekejap saja dan sementara. Selama kita hidup, banyak hal yang harus kita pelajari dan diambil hikmahnya.
Postingan menarik lainnya:
20 Sep, 2012
-
Source: http://kaskusbetarefresh.blogspot.com/2012/09/jika-aku-telah-tiada-i.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com