DEWASA ini, penggunaan Narkotika dan obat terlarang, atau yang disebut sebagai Narkoba, telah menjalar ke berbagai kalangan, mulai dari orang tua, remaja hingga anak-anak. Apalagi dengan perkembangan teknologi melalui internet yang meningkat pesat dibandingkan beberapa tahun lalu, membuat seorang remaja mudah terjerumus untuk mencoba barang terlarang tersebut.
Sebenarnya dengan keberadaan internet sendiri, justru membuat seseorang untuk sadar akan bahayanya mengkonsumsi narkoba. Tetapi, tidak semuanya dapat dijadikan pedoman, khususnya kepada generasi muda, yaitu remaja dan anak-anak. Informasi yang tersebar luas di beberapa situs serta portal berita seperti Google, mengenai efek dari penggunaan narkoba tidak serta merta membuat generasi muda itu sadar akan bahayanya narkoba.
Dalam lingkup kecil, penulis pernah melihat langsung sebuah kejadian
tentang emohnya remaja menanggapi akibat yang ditimbulkan dari barang sejenis Ganja, Heroin, Shabu-shabu, maupun pil semacam ekstasi. Saat itu di pertengahan tahun 2011 lalu, penulis pernah mengunjungi sebuah warung internet (warnet) yang letaknya tidak begitu jauh dengan tempat tinggal.Sebagaimana biasanya warnet yang selalu ramai didatangi orang-orang untuk keperluannya sendiri, ketika itu tanpa sengaja penulis mendengar sebuah percakapan yang timbul di depan salah satu meja komputer. Tampak dua orang pengunjung yang sedang menatap layar monitor komputer, sedang asyik memperbincangkan beberapa hal yang menyangkut narkoba.
Di layar komputer kedua pengunjung itu, sedang terbuka sebuah situs berita populer yang memberitakan tentang tertangkapnya seorang penyelundup narkoba di bandara Soekarno Hatta. Dalam obrolannya, terdapat rasa ngeri yang terbayang dari kedua pengunjung itu yang usianya relatif muda. Berkisar sekitar dibawah dua puluh tahun, alias masih disebut sebagai remaja.
Seorang pengunjung yang duduk di kursi mengatakan bahwa jadi seorang pengedar narkoba itu berisiko tinggi, jika tertangkap polisi. Sedangkan pengunjung lainnya yang berdiri disamping kursi juga mengiyakan ucapan kawannya itu, sembari berkata bahwa cara apapun sekarang sudah sulit, sebab pihak kepolisian sudah canggih dalam mencium keberadaan seorang pengedar dan juga pengguna.
Sekilas obrolan kedua pengunjung itu biasa saja, alias tidak bermaksud lain, sebab mereka hanya mengutarakan pendapatnya saat melihat berita di media online itu. Hanya saja, ketika penulis mendengarkan lebih jauh, ternyata keduanya sedang menebak-nebak cara yang aman agar orang yang mengedarkan narkoba itu tidak tertangkap polisi!
Sekilas obrolan mereka berdua adalah:
- A : Kok bisa ya, naroh di perut. Ntar kan kalo mengeluarkannya repot, harus ke wc dulu
- B: Iya, apalagi ditelan itu risiko banget, takut-takut malah ga keluar dan nyumbat pencernaan dia sampe mati gara-gara bungkusan narkoba itu.
- A : Iya, katanya sih yang aman ya, di sembunyiin dengan ditelan. Selain itu paling naroh lewat bungkus rokok, tapi kan ketahuan kalo diperiksa sinar x di bandara.
- B : Pasti, tapi ya emang bodoh aja itu orang. Sudah tahu risiko tertangkap sama teke (Polisi), eh mau aja jadi pengedar. Mending dapat uangnya gede, lagian juga kalo udah ketangkep mana mau Bd (bandar) nebusnya?
- A : Pastinya, zaman sekarang serba susah. Naroh di perut aja ga jaminan, apalagi yang di dompet, bungkus rokok, atau sendal, itu udah pasti ketahuan.
- B : Bener juga, susah kalo begitu ya...
Apa yang diperbincangkan oleh kedua remaja tersebut tentang pemberitaan tertangkapnya kurir narkoba di bandara, setidaknya dapat diketahui bahwa peranan internet sebagai teknologi informasi, belum menyusup secara menyeluruh kepada penggunanya. Bagi sebagian besar remaja atau anak-anak, informasi yang berkembang luas di internet belum tentu mudah dicerna jika tidak ada dari pihak keluarga yang membimbingnya.
Mengenai dampak ketidaktahuan kepada Narkoba, sekitar satu dekade lalu, penulis pernah merasakan dampak langsung akibat ketidaktahuan tentang suatu produk yang berkaitan dengan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif tersebut.
Saat itu, di awal dekade 2000an, sedang maraknya pemberitaan mengenai narkoba yang berdampak luas akibat kebebasan di era reformasi. Ketika itu banyak beredar permen wangi yang mengandung kadar narkoba sejenis Psikotropika. Ironisnya, karena saat itu informasi belum berkembang luas, terutama internet sendiri masih belum memadai, maka banyak yang terkena dampaknya secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis juga menyaksikan anak seusia remaja di dekat bantaran rel kereta, bawah kolong layang, dan juga pelosok kawasan padat penduduk Sedangkan bagi anak seusia remaja di dekat bantaran rel kereta di daerah Jakarta Utara, mengkonsumsi narkoba awalnya justru bukan berasal dari semacam ganja atau rokok, tetapi diawali saat menghirup lem. Aksi yang populer disebut “ngelem†itu, seolah membuat mereka merasakan fantasi terbang tinggi usai menghirupnya.
Saat itu, penulis masih bersekolah di bangku SMP ketika era ngelem marak terjadi tidak hanya bagi remaja gelandangan saja, tetapi juga bagi yang telah sekolah dan menempuh pendidikan tinggi. Kemungkinan penyebabnya adalah harga yang murah, dan coba-coba karena sering melihat teman-temannya menggunakan seperti itu.
Diawal dekade 2000an itu, biaya untuk “ngelem†cukup murah, yakni sekitar Rp 1.000 â€" 1.500 untuk membeli sebuah lem berukuran kecil. Dan lagi, jenis lemnya pun bukan sembarangan seperti lem kertas. Tetapi lem kayu dan lem perekat kain atau kaca yang baunya sangat menyengat penciuman dan dampaknya sangat memabukkan bagi orang yang telah lama mengirupnya.
Dari beberapa kawan penulis yang pernah mencoba dan sempat ditanyai saat itu, mengatakan, bahwa aksi “ngelem†tersebut hanya dilakukan dengan iseng-iseng belaka. Sebab, selain mudah didapat, harganya pun relatif murah karena banyak dijual di beberapa toko. Namun, yang lebih membelalakan mata adalah sewaktu kawan tersebut mengucapkan bahwa dibanding merokok dan menghisap ganja yang berisiko tertangkap polisi, lebih baik ngelem. Sebab aksinya aman dan juga kalau ketahuan tidak akan dimasukkan dalam penjara.
Untuk itu diharapkan kepada pihak keluarga, terutama Ayah dan Ibu, agar lebih memperhatikan kegiatan anaknya dengan lebih waspada lagi. Kasus ngelem menjadikan contoh bagaimana telah mewabahnya narkoba yang tidak hanya identik dengan Ganja, Shabu-shabu ataupun pil ekstasi saja.
Ditambah dengan sosialisasi yang kurang berjalan di masyarakat luas tentang bahaya narkoba. Sebab, meski telah banyak pemakai dan pengedar yang tertangkap, namun tetap saja ada beberapa orang khususnya remaja yang hingga kini masih secara bersembunyi untk menggunakannya.
Sebagai contoh, di lokasi penulis di kawasan Jakarta Barat, terdapat tiga titik rawan pengedaran Narkoba, yaitu:
- Kawasan Kampung Ambon, kecamatan Cengkareng
- Kawasan padat penduduk di Kalianyar, kecamatan Tambora, yang berdampingan dengan daerah Setiakawan yang merupakan kantong gelap Narkoba
- Kawasan Tangki, Kecamatan Taman Sari.
Dari tiga kawasan yang lokasinya tidak begitu berjauhan di kecamatan Jakarta Barat, oleh warga sendiri kerap dijuluki sebagai “The Bronx of Jakartaâ€. Kata Bronx sendiri menilik asal kawasan Bronx di kota New York, Amerika Serikat, yang terkenal dengan kepadatan penduduknya serta wilayah angker karena tingkat kriminalitas sangat tinggi termasuk peredaran narkoba.
Tingginya peredaran narkoba di ketiga kawasan di wilayah Jakarta Barat tersebut, dijadikan basis produksi atau pengiriman dari para bos narkoba ke kawasan lainnya di Jakarta serta wilayah Nusantara. Padahal dari pihak aparat kepolisian telah beberapa kali melakukan penggerebekan di areal tersebut, terutama kampung Ambon yang merupakan sarang narkoba semenjak dekade 1990an lalu.
Oleh karena itu, kepada pihak keluarga agar lebih mewaspadai pergaulan sang anak, terutama yang masih muda dan labil agar tidak terjerat dengan rayuan barang haram tersebut. Biasanya banyak remaja yang terbujuk karena berawal dari godaan beberapa teman di lingkungan sekitar. Kemudian setelah merasa enak, maka ia akan mencoba dengan membelinya secara sembunyi-sembunyi dari hasil menyisihkan uang jajan.
Setelah itu, tanpa ampun lagi, maka si anak telah terjerumus hingga tinggal menyisakan tiga kemungkinan: Direhabilitasi, Penjara, atau Over dosis. Sejatinya, bukan salah orang tua atau keluarga juga bila ada anaknya yang terjerat narkoba. Sebab, di zaman sekarang, selain keluarga dan lingkungan sekitar, pergaulan di ranah dunia maya turut mempengaruhi kondisi psikis sang anak.
Bisa saja di dalam rumah dan juga lingkungan sekitarnya tampak alim, namun ketika sudah asyik berselancar di dunia maya melalui sambungan internet komputernya, sang anak akan tergoda untuk mencoba-coba beberapa jenis barang yang menyesatkan itu. Semoga saja hal seperti itu tidak terulang kepada anak dan saudara-saudara kita di rumah. Karena beberapa tahun kedepan, justru merekalah yang berperan penting dalam memimpin negeri ini, jangan sampai sejak usia dini telah terjerumus narkoba dan berpengaruh besar saat dewasa nanti.
17 Sep, 2012
-
Source: http://kaskusbetarefresh.blogspot.com/2012/09/hati-hati-narkoba-sekarang-menyebar-di.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com