Gereja Berperan Tuntaskan Buta Aksara di Kalteng (NO SARA)

Di Terbitkan Ardana

[PALANGKA RAYA] Pemberantasan buta aksara di Kalimantan Tengah (Kalteng) lebih banyak memanfaatkan peran dari lembaga masyarakat khususnya gereja. Meskipun tidak tamat sekolah dasar (SD), para orangtua di Kalteng, sering membaca Alkitab atau menyanyi lagu di gereja, sehingga otomatis bisa membaca dan menulis.

"Itu kelebihan penuntasan buta aksara di Kalteng. Meski di pedalaman, mereka belajar aksara secara otodidak lewat gereja," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalteng, Guntur Talajan di Palangka Raya, Senin (17/9).

Menurutnya, putus sekolah menjadi salah satu tantangan dalam penuntasan buta aksara di Provinsi Kalteng. Siswa yang putus sekolah tidak lagi terbiasa dengan aktivitas membaca dan menulis, sehingga bisa kesulitan memahami aksara dengan baik.

Disebutkan, buta aksara di Kalteng banyak dialami oleh siswa yang tidak lulus pendidikan formal. Dia mengakui siswa yang putus sekolah berpotensi menjadi buta aksara baru apabila tidak tertangani program pemberantasan buta aksara.

"Anggota atau peserta pendidikan aksara biasanya siswa yang tidak lulus pendidikan formal. Mereka ada yang lulus SD kemudian tidak melanjutkan ke SMP, karena cepat kimpoi, atau dari SMP tidak ke SMA karena mau kimpoi," kata Guntur.

Dikatakan, angka putus sekolah di Provinsi Kalteng tahun 2012 sebenarnya sudah cukup menggembirakan. Prosentase buta aksara usia dewasa (15-59 tahun) di Kalteng saat ini hanya tinggal 2,5 persen atau 35.526. Angka itu sudah jauh di atas rata-rata nasional sebesar 5,03 persen. Karena itu, Provinsi Kalteng berada pada urutan ketujuh provinsi dengan angka buta aksara paling kecil di Indonesia.

Menurut Guntur, kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata serta kondisi geografis yang cukup luas dan sulit adalah tantangan tersendiri dalam pemberantasan buta aksara. "Kalteng terdiri dari daerah pedesaan, pinggir atau hulu-hulu sungai, itu faktor geografis yang menyulitkan akses pendidikan," ujarnya.

Dia menuturkan strategi pemberantasan buta aksara di Kalteng terintegrasi dengan program "Kalteng Harati" (bahasa Dayak) artinya "Kalteng Cerdas". Penyandang buta aksara di Kalteng juga banyak berasal dari warga pendatang terutama dari Banjarmasin. Karena itu, pemerintah memanfaatkan peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang kebanyakan membina warga pendatang.

Dalam seremoni Hari Aksara Internasional (HAI) 2012 di Palangka Raya, Minggu (16/9), PKBM Luthfillah dari Kalteng berhasil menjadi pemenang pertama PKBM berprestasi. [C-5]

Sumber: Suarapembaruan.com

http://www.suarapembaruan.com/home/g...-kalteng/24750

Postingan menarik lainnya:

18 Sep, 2012


-
Source: http://kaskusbetarefresh.blogspot.com/2012/09/gereja-berperan-tuntaskan-buta-aksara.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Diterbitkan Oleh : Lebihunik.com

ARTIKEL TERKAIT