Semua ini ia lakukan karena Moglen memandang, perusahaan IT tanpa henti mengumpulkan data pribadi penggunanya guna meraih keuntungan maksimal. "Pada abad ke 21 ini yang berarti, mereka berkomitmen tentang anonimitas tanpa peduli apa yang mereka pikir mereka lakukan. Sebab, anonimitas tidak menguntungkan di dunia di mana konsumen mengetahui apa yang membuat bisnis bekerja. Ini fakta tak terelakan bahwa teknologi kualitatif mereka mengharuskannya untuk mengenal orang-orang di dalam maupun di luar," ungkapnya.
Pria berjenggot ini terus mengawasi keberadaan Facebook tanpa membuat akun satu pun di sana. Hanya ada satu atau lebih akun fanpage mengatasnamakan Moglen yang tampaknya bukan Mogle yang mengelola. Ia pun terus mengolok-olok Facebook dan penggunanya yang menurutnya, "mereka harus di Facebook untuk bisa eksis di dunia modern ini"
"(Cara) pemasaran Zuckerberg ialah setiap orang mesti berbagi. Kami untuk keterbukaan, kami untuk privasi. Apa yang salah coba dengan Zuckerberg karena ia menjalankan layanan intelejen swasta yang memberikan segalanya gratis selama mereka diizinkan untuk mengawasi. Apa yang salah coba dengan Zuckerberg bahwa Ia berpura-pura menyewa sebuah 'kamar hotel pribadi Anda' dan dia punya lubang untuk mengintip," sindir Moglen yang ditujukan ke pendiri Facebook, mark Zuckerberg.
Profesor yang juga menyuarakan ide software open source dan gratis ini bukan seorang Technophobe atau orang yang menghindari teknologi baru. Ia mengaku telah menggunakan komputer sejak berusia 13 tahun pada 1972 silam. Awal karirnya pun menjabat sebagai programmer dan analis di IBM. Saat ini, di antara program mata kuliah yang diajarkannya di universitas maupun publik, salah satunya yakni "Komputer, Privasi, dan Konstitusi"
Ia membayangkan, "Begitu saya memiliki akun Facebook, setiap tombol 'like'" di web akan mengantarkan saya ke 'home'. saya tidak setuju untuk menaruh barang-barang saya (seperti foto, video, catatan) di sana,. Apa kesepakatan yang mungkin mereka tawarkan kepada saya?," imbuhnya.
Tiga tahun lalu, melalui kuliah umumnya bertema "privasi internet", Moglen berhasil menginspirasi empat mahasiswa New York University (Ilya Zhitomirsky, Dan Grippi, Max Salzberg, dan Raphael Sofaer) mengembangkan jejaring sosial "Diaspora" sebagai tandingan Facebook. Jejaring sosial open source merupakan proyek jejaring sosial yang tidak dikendalikan secara terpusat, namun dibangun dengan jaringan, di mana tiap penggunanya memiliki hak kendali terhadap data server masing-masing yang terhubung ke internet. Berbeda dengan Facebook di mana kebijakan mengendalikan server merupakan wewenang perusahaan. Sehingga hal ini rawan akan penyalahgunaan data pribadi, bila seandainya Facebook diam-diam bekerja sama dengan badan intelejen ataupun pemerintah suatu negara.
sumber | wowunic.blogspot.com | http://www.jagatreview.com/2013/09/butuh-us-1-juta-agar-profesor-ini-mau-bikin-akun-facebook/
kabar silla 09 Sep, 2013
-
Source: http://wowunic.blogspot.com/2013/09/profesor-ini-mau-bikin-akun-facebook.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com