Tiap orang pernah melakukan kesalahan. Besar atau kecil. Lama atau baru. Pernah atau sering. Dari seluruh makhluk yang ada di alam ini, si pelakulah yang mestinya paling tahu soal kriteria kesalahan tadi: besar, kecil, lama, baru, pernah atau sering.
Menariknya, tidak semua orang sadar dengan kesalahan yang ia perbuat. Terutama ketika bersentuhan dengan kesalahan kecil. Paling tidak, kecil menurut anggapan si pelaku. Walaupun mungkin, tidak seperti itu menurut pandangan Allah swt.
Kesadaran yang tertidur menggiring kebekuan nalar tentang arti sebuah kesalahan. Kadang tanpa sadar, seseorang menjadi biasa berbuat salah. Biasa menjadi tak terasa.
Seorang pedagang menganggap biasa melakukan kebohongan 'kecil': "Saya jamin, dagangan saya paling berkualitas, paling murah!" Di mana imannya ketika itu. Bahwa, Allah Maha Tahu dusta seseorang. Seorang ayah pun kadang biasa membentak isteri atau anak-anaknya. Tanpa sedikit pun tergerak untuk meminta maaf suatu hari. Tanpa juga bisa membayangkan betapa sakitnya hati mereka saat menjadi objek kemarahan. Ingin sekali mereka menyanggah: mestikah semua masalah berujung pada marah yang menyakitkan. Tidakkah ada perlakuan lain, terlebih buat orang-orang tercinta.
Seorang politisi boleh jadi menganggap remeh janji dan pernyataan. Bahkan, janji yang mestinya ia pertanggungjawabkan, pun terbuktikan dengan janji baru. Seolah Allah tidak pernah mencatat ucapannya. Seolah mengecewakan banyak orang lewat janji sudah menjadi hal biasa. Dan membingungkan masyarakat lewat statement menjadi hal lumrah.
Salah dan dosa memang tidak pernah terlihat. Tidak pernah terukur dengan alat canggih mana pun. Jangan sampai hitungannya menjadi terbalik: kitalah yang paling tidak tahu tentang kesalahan yang telah diperbuat.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya di sebuah hadits Qudsi, "Wahai hamba-hambaKu. Sesungguhnya kalian kerap melakukan dosa, siang dan malam. Dan Akulah yang mengampuni dosa-dosamu itu. Karena itu, mohonlah ampunan padaKu. Niscaya, Aku akan mengampunimu."
Admin 15 Jul, 2013
-
Source: http://beritaanehunikgokil.blogspot.com/2013/07/taubat-pedagang-dan-politisi.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com