Beredar 'Pesan Bu Tien' Bantah Klaim Enak Zaman Soeharto

Di Terbitkan Ardana


Almarhum Ibu Tien selama ini dikenal sebagai pendamping setia Soeharto . Sosoknya yang keibuan, sederhana dan jauh dari dunia politik membuatnya sangat dikenang oleh rakyat Indonesia.

Namun kini tiba-tiba sosok 'Ibu Tien' muncul di dunia. 'Ibu Tien' muncul dalam bentuk gambar yang tersebar dari BlackBerry Mesengger (BBM).

Dalam pesan gambar tersebut, Ibu Tien tampak mengenakan pakaian kebaya hitam lengkap dengan sanggulnya yang khas, berselempang merah serta berkacamata besar. Dalam 'pesannya' Ibu Tien membantah poster atau gambar Soeharto yang kerap nampang di bagian belakang truk.

"Tak kandhani yo le, ndhuk. Ojo pisan-pisan percaya karo omongane bojoku!!!
Jamanne bojoku ki babar blas. ORA PENAK!!!.
(Saya kasih tahu ya nak, jangan sekali-sekali percaya omongan suamiku. Zaman suami itu sama sekali Tidak Enak)

Entah siapa yang membuatnya, namun gambar Bu Tien tersebut ramai beredar dari satu handphone ke handphone yang lain. Poster tersebut seolah ingin membantah poster Soeharto , "Enak zamanku tho' yang lebih dahulu beredar.

Admin 25 Jun, 2013


-
Source: http://beritaanehunikgokil.blogspot.com/2013/06/beredar-pesan-bu-tien-bantah-klaim-enak.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
SelengkapnyaBeredar 'Pesan Bu Tien' Bantah Klaim Enak Zaman Soeharto

Soeharto Tolak Wasiat Terakhir Bung Karno Soal Makam

Di Terbitkan Ardana


Sang Proklamator Bung Karno wafat pada 21 Juni 1970 atau tepat 43 tahun lalu. Dia dimakamkan dekat makam ibunya di Blitar, Jawa Timur.

Lokasi pemakaman di Blitar ini merupakan keputusan pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto . Padahal, sewaktu hidup, Bung Karno pernah mengatakan ingin dimakamkan di daerah Priangan alias Jawa Barat.

Dalam ' Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' (Cindy Adams, 1965), Bung Karno mengatakan tidak ingin dikubur dalam kemewahan.

"Saya ingin sekali beristirahat di bawah pohon yang rindang, dikelilingi pemandangan yang indah, di sebelah sungai dengan air yang bening. Saya ingin berbaring di antara perbukitan dan ketenangan. Hanya keindahan dari negara yang saya cintai dan kesederhanaan sebagaimana saya hadir. Saya berharap rumah terakhir saya dingin, pegunungan, daerah Priangan yang subur di mana saya bertemu pertama kali dengan petani Marhaen," kata Bung Karno .

Belakangan, Bung Karno mengungkapkan tempat yang memenuhi kriteria itu adalah sebuah tempat dekat vila miliknya di Batu Tulis, Bogor. Vila itu dibangun Bung Karno di akhir masa jabatan kepresidennya.

Namun, wasiat itu tidak diindahkan oleh Soeharto , yang memutuskan memakamkan sang proklamator dengan acara kenegaraan. Pemimpin otoriter itu memilih Blitar.
Soeharto beralasan keinginan keluarga Bung Karno perihal lokasi pemakaman berbeda-beda. "Andaikata kita serahkan kepada keluarga besar yang ditinggalkannya, maka saya melihatnya bakal repot," ujar Soeharto dalam ' Soeharto : Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' (Dwipayana dan Ramadhan, 1989).

Maka, kata Soeharto , "Saya memutuskan dengan satu pegangan yang saya jadikan titik tolak, yakni bahwa Bung Karno sewaktu hidupnya sangat mencintai ibunya. Beliau sangat menghormatinya. Kalau beliau akan berpergian ke tempat jauh, ke mana pun, beliau sungkem dahulu, meminta doa restu kepada ibunya. Setelah itu barulah beliau berangkat."
Atas dasar kedekatan dengan ibu itu, Soeharto akhirnya memakamkan Bung Karno di Blitar, tak sesuai dengan wasiatnya. Soeharto juga memugar makam Bung Karno , hal yang tidak sesuai dengan kesederhanaan yang diinginkan pemimpin revolusi itu.

Sejumlah sejarawan berpendapat, keputusan sepihak Soeharto soal pemakaman itu karena dia merasa terlalu berbahaya jika makam Bung Karno terlalu dekat dengan Jakarta. Stabilitas pusat negara akan terganggu. Rupanya Orde Baru masih takut dengan kharisma pemimpin besar revolusi ini, bahkan setelah dia mati.

Meski dimakamkan di Blitar, tempat peristirahatan terakhir Bung Karno itu masih didatangi banyak orang hingga kini. Setelah 43 tahun Putra Sang Fajar kembali ke haribaan Sang Khalik.

Admin 25 Jun, 2013


-
Source: http://beritaanehunikgokil.blogspot.com/2013/06/soeharto-tolak-wasiat-terakhir-bung.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
SelengkapnyaSoeharto Tolak Wasiat Terakhir Bung Karno Soal Makam

Penyebab Bau Hujan Menyenangkan

Di Terbitkan Ardana


TEMPO.CO, Jakarta - Anda suka bau hujan? Jika memang begitu, Anda tak sendirian. Beberapa ilmuwan percaya orang-orang mewarisi kesukaan mereka akan aroma hujan dari leluhur yang mengandalkan cuaca hujan untuk kelangsungan hidup mereka.

Tapi, apa yang membuat bau hujan begitu menarik? Ada beberapa aroma yang terkait curah hujan menyenangkan itu. Salah satu bau yang disebut dengan petrichor (dari bahasa Yunani) adalah bau ketika hujan turun setelah musim kering yang berkepanjangan. Istilah ini diciptakan pada tahun 1964 oleh dua ilmuwan Australia yang mempelajari bau cuaca basah. Petrichor berasal dari sepasang reaksi kimia.

Beberapa tanaman mengeluarkan minyak selama periode kering. Ketika hujan, minyak ini dilepaskan ke udara. Reaksi kedua yang menciptakan bau petrichor adalah ketika bahan kimia yang diproduksi oleh bakteri tanah actinomycetes dilepaskan. Senyawa aromatik ini bergabung untuk menciptakan aroma petrichor yang menyenangkan ketika hujan turun.

Aroma lain yang terkait dengan hujan adalah ozon. Selama badai terjadi, petir dapat memisahkan oksigen dan molekul nitrogen di atmosfer. Mereka pada gilirannya dapat bergabung kembali menjadi oksidanitrat. Zat ini berinteraksi dengan bahan kimia lain di atmosfer membentuk ozon yang memiliki bau tajam tetapi samar-samar seperti klorin.

Ketika seseorang mengatakan mereka dapat mencium bau hujan datang, mungkin angin dari badai tersebut telah membawa molekul ozon yang sudah terpecah itu ke indera penciuman.

Admin 25 Jun, 2013


-
Source: http://beritaanehunikgokil.blogspot.com/2013/06/penyebab-bau-hujan-menyenangkan.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
SelengkapnyaPenyebab Bau Hujan Menyenangkan

Tangisan Istri-Istri Soekarno Melepas Kepergian Sang Arjuna

Di Terbitkan Ardana


Setelah lama menderita akibat penyakit yang dideritanya, Soekarno akhirnya menghembuskan napas terakhirnya tepat pukul 07.07 WIB, 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Berita duka itu disambut isak tangis oleh para istri dan anak-anak Bung Karno .

Hartini, istri ke-4 Bung Karno , baru sampai di RSPAD sekitar pukul 08.30 WIB. Begitu melihat suami yang sangat dicintainya itu telah tak bernapas lagi, Hartini langsung jatuh pingsan.

Setelah beberapa saat siuman, Hartini kembali meluapkan kesedihan dan rasa kehilangannya. Dengan penuh kesedihan, Hartini menciumi jasad suaminya yang sudah tak bernyawa itu.

Selang setengah jam kemudian, Ratna Sari Dewi (Naoko Nemoto) istri ke-5 Bung Karno tiba di RSPAD. Kesedihan dan isak tangis tak terbendung dari dirinya. Dewi yang datang dengan buah cintanya bersama Bung Karno , Karina (Kartika) menangis sedih sembari menciumi jasad Bung Karno .

Meski kabar duka wafatnya Bung Karno baru diterima Inggit Ganarsih, istri kedua Bung Karno , pukul 15.00 WIB, hal itu tak menghalanginya untuk langsung bergegas meninggalkan Bandung menuju Jakarta.

Meski sempat kecewa karena Bung Karno menikahi wanita lain, hal itu tak menjadi penghalang Inggit menemui mantan suami yang begitu dicintainya itu. Setibanya di RSPAD, Inggit menangis sedih karena pria yang dicintainya itu telah mendahuluinya.
"Ngkus, guing Ngkus mendahului, Ngit mendoakan," kata Inggit dengan suara terputus-putus, seperti dikutip dari buku 'Hari-Hari Terakhir Sukarno' Karya Peter Kasenda, terbitan Komunitas Bambu.

Senada dengan Inggit, mantan istri Bung Karno , Haryatie merasa hancur hatinya saat melihat pria yang dulu memberinya kasih sayang kini diam dingin dengan wajah tertutup kafan. Suasana hati Haryatie seakan ingin memberontak, menjerit dan menangis saat itu.
Namun hal itu tidak dilakukannya. Dalam hati Haryatie berbisik kepada Soekarno . Dia meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah dibuatnya.

Sementara itu, Yurike Sanger, istri ke-7 Bung Karno , menangis histeris saat melihat putra sang fajar telah membujur kaku. Saat itu, jenazah Bung Karno sudah disemayamkan di Wisma Yaso.

Dalam buku 'Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA' karya Kadjat Adra'i, terbitan Komunitas Bambu, diceritakan, Yurike meratapi kepergian Bung Karno . Dia meratapi wajah Bung Karno yang tersenyum damai di balik kerudung kelambu putih itu.
"Kata orang aku tak sekadar meratap, tetapi histeris. Aku tidak peduli. Berkali-kali kupanggil namanya hingga suaraku tak terdengar lagi," kata Yurike.

Berbeda dengan istri-istri Soekarno yang lain, Fatmawati, istri ke tiga Bung Karno , memilih tak datang melihat jenazah suaminya. Kalimat 'Innalillahi Wainnaillaihi raji'un' sontak keluar dari mulutnya saat mendengar kabar wafatnya Bung Karno .

Fatmawati menangis di rumahnya yang terletak di Jalan Sriwijaya 26 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Rasa cemburu kepada Hartini sepertinya masih membekas di hatinya.
Meski demikian, Fatmawati saat itu meminta kepada pemerintah agar jenazah Bung Karno disemayamkan di kediamannya. Namun, dia harus kecewa berat karena Presiden Soeharto menolak dan memilih Wisma Yaso sebagai tempat mensemayamkan Bung Karno .

Saat itu, batin Fatmawati benar-benar terguncang. Dia merasa amat terpukul karena permintaannya ditolak Presiden Soeharto. Ketika jutaan rakyat terpaku kelu dengan duka mendalam atas kepergian sang pemimpin besar revolusi, Fatmawati justru termangu sunyi di rumahnya.

Admin 25 Jun, 2013


-
Source: http://beritaanehunikgokil.blogspot.com/2013/06/tangisan-istri-istri-soekarno-melepas.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
SelengkapnyaTangisan Istri-Istri Soekarno Melepas Kepergian Sang Arjuna